DiahRosanti.Net, MEMPAWAH– Rabu, 30 Agustus 2023 – Hari kedua acara Temu Pastores se-Keuskupan Agung Pontianak berlangsung dengan penuh semangat. Acara yang mengusung tema “Berpastoral Kontekstual di Kalimantan Barat” ini telah menarik perhatian banyak rohaniwan dan umat di daerah. Temu Pastores kali ini dihadiri sebanyak 80 imam keuskupan 8 diantaranya adalah diakon.
Narasumber utama pada acara ini adalah Romo JB Mardi Kartono SJ, seorang ahli pastoral dari Pusat Pastoral Yogyakarta.
Kegiatan Pastores dilaksanakan di Rumah Retret Santo Johanes Paulus II Anjungan yang merupakan salah satu icon di Keuskupan Agung Pontianak, Kalimantan Barat.
Dalam sesi pemaparan Romo JB Mardi Kartono SJ menyampaikan gagasan-gagasannya dengan penuh semangat.
“Berkali-kali mau ke sini tapi belum ada alasan. Saya bukan dosen, juga bukan ahli tapi syukur atas pengalaman saya mewarnai apa saja yang menjadi tugas seorang imam, akhirnya saya bisa mengunjungi Keuskupan Agung Pontianak,” ungkapnya.
Dia menjelaskan pentingnya pendekatan berpastoral kontekstual dalam membangun pelayanan yang lebih inklusif dan sinodal.
Romo JB Mardi Kartono SJ berbicara mengenai tiga pilar utama yang perlu diperhatikan dalam berpastoral kontekstual: persekutuan, partisipasi, dan pelayanan.
Tujuan utama presentasinya adalah pertama, berbagi berbagai pengalaman tentang berpastoral kontekstual; kedua, mendorong komitmen untuk terus memperbaharui diri dalam pelayanan; dan ketiga, merumuskan program-program berbasis tujuan yang dapat menginspirasi langkah-langkah aksi kedepan.
Berpastoral bukan hanya sekedar tugas
Salah satu fokus utama dalam presentasi tersebut adalah menggali makna dari istilah “berpastoral.” Romo JB Mardi Kartono SJ menjelaskan bahwa berpastoral bukan hanya tentang memberikan pelayanan, tetapi juga memiliki dimensi pengembalaan yang bersumber pada Allah sendiri.
Dia merujuk pada ajaran Paus Fransiskus dalam dokumen “Evangelii Gaudium” (Sukacita Injil), yang menekankan pentingnya gaya hidup sederhana, rendah hati, dan penuh belas kasihan dalam pelayanan.
“Berpastoral adalah tentang mewartakan kegembiraan Injil kepada semua, terutama kepada mereka yang lemah,” tambah Romo JB Mardi Kartono SJ.
Sejalan dengan itu dalam konteks berpastoral, Romo JB Mardi Kartono SJ memaparkan konsep dasar perubahan yang harus terjadi dalam diri individu dan komunitas.
Dia menggarisbawahi bahwa perubahan harus melibatkan Roh Kudus dan pembelajaran dari ilmu-ilmu sosial, karena proses perubahan dimulai dari pemahaman akan perubahan itu sendiri.
Cita-cita berpastoral
Dia juga mengajak para peserta untuk memahami konsep data dan cita-cita dalam konteks berpastoral.
“Kita harus bergerak dari kenyataan yang bisa diverifikasi menuju cita-cita, dan perencanaan adalah jembatan yang menghubungkannya,” jelas Romo JB Mardi Kartono SJ.
Dia menggarisbawahi pentingnya memahami budaya, sosial, ekonomi, politik, dan teknologi dalam menjalankan pelayanan pastoral.
Harapan Uskup Agung Pontianak
Proses pengolahan pastoral yang disajikan oleh Romo JB Mardi Kartono SJ dijelaskan melalui tiga tahap: informasi, formasi, dan transformasi.
Tahap informasi melibatkan pemahaman akan kenyataan di lapangan, sedangkan tahap formasi adalah tentang pembentukan karakter dan pemahaman yang lebih mendalam.
Tahap terakhir, transformasi, mengacu pada perubahan nyata yang terjadi dalam diri individu dan komunitas sebagai hasil dari pelayanan pastoral.
Acara Temu Pastores Keuskupan Agung Pontianak dengan tema “Berpastoral Kontekstual di Kalimantan Barat” ini diharapkan oleh Uskup Agustinus agar mampu memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang arti sejati dari berpastoral dan bagaimana menerapkannya dalam konteks yang sesuai.
Sebagai Uskup Agung Pontianak, Uskup Agustinus berharap pula bahwa pesan-pesan yang disampaikan oleh Romo JB Mardi Kartono SJ akan menginspirasi para rohaniwan dan umat untuk terus memperbaharui diri dalam pelayanan mereka dan menjalankan tugas pastoral dengan penuh kasih dan kepedulian. (Jans).