DIAHROSANTI.NET, 23 April 2024 – Dalam gemerlap alam Borneo, seorang maestro yang tidak hanya memainkan Sape dengan keahliannya yang luar biasa, akan tetapi juga mengukir jejak dalam warisan budaya Indonesia. Ya, orang tersebut adalah Pinsensius Leo, yang lebih dikenal dengan nama akrabnya Salam Sapek, telah menjadi ikon dalam dunia musik tradisional Dayak.
Leo memiliki putra bernama El Pertapa (2 tahun). Dia lahir dari rahim Katolik, dan ketika ditanya saat wawancara dia mengungkapkan bahwa prinsip iman sejak lahir harus mengirinya sampai akhir hidupnya.
“Aku bangga menjadi Domba Tuhan Yesus,” kata Leo.
Ia mengungkapkan bahwa keberanian dan kepercayaan lah yang membimbing langkahnya dalam setiap not Sape yang dimainkannya.
Dengan latar belakang pendidikan sebagai Sarjana Teknik dari UNTAN pada tahun 2015, Leo telah menemukan panggilannya dalam mengukir keindahan melalui alat musik khas Kalimantan, Sape.
Dari pangkuan alam hingga kancah internasional, perjalanan 5 tahun Leo dalam karya-karya seni Sape nya telah menjadi legenda modern. Dengan lebih dari 500 Sape yang telah diproduksinya, Leo tidak hanya mencapai pelosok Nusantara, tetapi juga menembus batas-batas internasional, dari Jepang, Amerika, Inggris, dan Belgia.
Namun, kesuksesan Leo tidak hanya tercermin dalam angka dan prestasi. Melalui karyanya, dia membangun jembatan budaya, memperkenalkan keindahan alat musik khas Kalimantan ke seluruh dunia. Leo bukan sekadar seorang pengrajin, tetapi juga seorang duta budaya yang membawa pesan perdamaian dan harmoni melalui not-not Sape.
Aktif dan konsisten
Tidak hanya sebagai seorang pengrajin seni, Leo juga aktif dalam berbagai forum diskusi dan penampilan seni. Jakarta dan Kalimantan Barat menjadi saksi bagaimana Leo berbagi pengetahuannya tentang pembuatan Sape, tidak hanya sebagai alat musik, tetapi juga sebagai bagian dari warisan budaya yang perlu dilestarikan.
Dibalik panggung, Leo juga menjadi suara bagi generasi muda. Dengan ketekunan dan konsistensinya, dia merangkul anak-anak muda untuk terus bermimpi dan mengejar passion mereka, tidak peduli seberapa sulit medan yang akan dilalui.
Ketika ditanya mengenai motivasinya dalam dunia seni, “Mulai dari rasa suka, hobi, kemudian bergelut di bidang ini,” katanya.
Pendekatan Leo terhadap pendidikan juga menarik perhatian. Baginya, pendidikan bukanlah sekadar perjalanan menuju pekerjaan, tetapi sebuah peluang untuk memperluas horison dan berkarya. Dia adalah bukti hidup bahwa melalui pendidikan, seseorang dapat membentuk masa depannya sendiri, menciptakan harmoni antara passion dan keberhasilan.
“Pendidikan berupaya memperbesar peluang seseorang dalam berkarya,” ujarnya.
Leo Sapek bukan sekadar seorang seniman; dia adalah penjaga api dalam kegelapan, membawa cahaya ke dalam budaya dan pendidikan. Bagi mereka yang terpikat oleh melodi Sape, Leo bukan hanya nama, tetapi sepotong cerita, sejumput inspirasi yang siap membangun jembatan antara masa lalu dan masa depan.
Bagi anda yang berminat dengan alat musik tradisional Dayak, dalam hal ini adalah Sape’ bisa menghubungi kontak WA (082157768607; atas nama Leo Sapek).
Oleh: Samuel & Jul – Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Pontianak